Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring. Merupakan tumor daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Diagnosis dini cukup sulit karena letaknya yang tersembunyi dan berhubungan dengan banyak daerah vital.
A. Etiologi
Sudah hampir dipastikan disebabkan oleh virus Epstein Barr. Faktor ras, letak geografis, jenis kelamin (laki-laki), faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan bahan/bumbu masakan tertentu, asap sejenis kayu tertentu), dan faktor genetik juga mempengaruhi.
B. Manifestasi Klinis
Gejala dibagi dalam 4 kelompok.
1. Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek, atau sumbatan hidung.
2. Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.
3. Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak, seperti diplopia, parestesia daerah pipi, neuralgia trigeminal, paresis/paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu, dan sering tersedak.
4. Gejala atau metastasis di leher, berupa benjolan di leher.
C. Komplikasi
Metastasis jauh ke tulang, hati, dan paru dengan gejala khas nyeri pada tulang, batuk-batuk, dan gangguan fungsi hati.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan foto tengkorak potongan anteroposterior, lateral, dan Waters menunjukkan massa jaringan lunak di daerah nasofaring. Foto dasar tengkorak memperlihatkan destruksi atau erosi tulang di daerah fosa serebri media. Dapat pula dilakukan tomografi komputer daerah kepala dan leher serta pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA.
Diagnosis pasti dilakukan dengan biopsi dari hidung atau mulut. Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dan lain-lain dilakukan untuk mendeteksi metastasis.
E. Penatalaksanaan
Pengobatan utama adalah radioterapi. Sebagai tambahan dapat dilakukan diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin, dan anti virus. Sebagai terapi ajuvan terbaik adalah kemoterapi dengan kombinasi Sis-platinum sebagai inti. Diseksi leher radikal dilakukan bila benjolan di leher tidak menghilang dengan radiasi atau timbul kembali, dengan syarat tumor induknya sudah hilang.
F. Perawatan Paliatif
Rasa kering di mulut dapat terjadi sampai berbulan-bulan pascaradiasi akibat kerusakan kelenjar liur. Disarankan untuk makan banyak kuah, membawa minuman ke mana pun pergi, serta mencoba memakan dan mengunyah bahan asam sehingga merangsang keluarnya air liur. Dapat juga terjadi mukositis rongga mulut karena jamur, rasa kaku di leher karena fibrosis, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, muntah, atau mual.
Pascapengobatan dapat pula timbul metastasis jauh pascapengobatan ke tulang, paru, hati, dan otak.
Pada keadaan tumor residif tidak banyak tindakan medis yang dapat dilakukan selain simtomatis untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
G. Pencegahan
Dapat dilakukan vaksinasi (masih dalam percobaan), migrasi penduduk, mengubah kebiasaan hidup yang salah, dan berbagai hal yang berkaitan dengan kemungkinan faktor penyebab.
0 komentar:
Posting Komentar
Informasi yang tersedia di Blog -♫►Don't Say No Fate◄♫-(artikel kesehatan) dikumpulkan dari berbagai sumber dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat, saran, konsultasi ataupun kunjungan kepada dokter anda!
Jika anda mengalami masalah serius, segera hubungi dokter!
Terima Kasih..
PERHATIAN :
Seluruh komentar yang ada merupakan tanggung jawab masing-masing komentator. Saya berhak untuk memberikan atau mempublikasikan identitas pribadi komentator yang bersangkutan apabila komentar tersebut terbukti merugikan pihak-pihak tertentu.
Komentar yang mengandung Sara, Pornografi dan Berbau Iklan akan saya hapus.