Gangguan ini ditandai dengan adanya ansietas yang dicetuskan oleh adanya situasi atau obyek yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan. Sebagai akibatnya, obyek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan perasaan terancam.
Yang termasuk dalam gangguan ansietas fobik adalah agorafobia, fobia sosial, dan fobia khas (terisolasi).
A. Etiologi
Penelitian telah melaporkan bahwa duapertiga sampai tigaperempat pasien yang terkena memiliki sekurangnya satu sanak saudara derajat pertama dengan fobia spesifik tipe yang sama.
Neurotransmiter utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan gammaaminobutyric acid (GABA). Di batang otak, kanungkinan korteks prafrontalis bertanggung jawab untuk terjadinya penghindaran fobik. Pada tomografi emisi positron (PET = positron emission tomography) ditunjukkan suatu disregulasi pembuluh darah serebral.
Gangguan ini memiliki komponen genetik yang jelas. Fobia menggambarkan interaksi antara diatesis genetika konvensional dan stresor lingkungan.
Pada gejala fobik, perlemahan respons terhadap stimulus fobik yang dibiasakan tidak terjadi.
Freud memandang fobia sebagai akibat konflik yang berpusat pada situasi oedipal masa anak-anak yang tidak terpisahkan. Pada agorafobia, teori psikoanalitik menekankan kematian orang tua pada masa anak-anak dan suatu riwayat kecemasan perpisahan. Sendirian di depan publik menghidupkan kembali kecemasan masa anak-anak tentang ditelantarkan.
B. Manifestasi Klinis
Secara subyektif, fisiologik, dan tampilan perilaku, ansietas fobik tidak berbeda dari ansietas lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai berat (serangan panik).
Ansietas fobik seringkali bersamaan dengan depresi.
C. Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Suatu episode depresi seringkali memperburuk keadaan ansietas fobik yang sudah ada sebelumnya. Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik seringkali membaik dengan berjalannya waktu. Gangguan depresi dan ketergantungan alkohol seringkali mempersulit.
D. Diagnosis
Diagnosis pasti ketiga kelompok gangguan ansietas fobik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Gejala psikologis perilaku atau otonom yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari ansietasnya dan bukan sekunder seperti waham atau pikiran obsesi.
b. Ansietas yang timbul harus terbatas, untuk agorafobia, pada (terutama terjadi pada hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut: banyak orang/keramaian, tempat umum, bepergian ke luar rumah, dan bepergian sendiri; untuk fobia sosial, pada situasi sosial tertentu; untuk fobia khas, pada adanya obyek atau situasi fobik tertentu.
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.
E. Penatalaksanaan
Terapi yang paling efektif adalah kombinasi farmakoterapi dan terapi kognitif perilaku.
Untuk farmakoterapi dapat digunakan obat-obat seperti yang digunakan untuk mengatasi gangguan panik.
Terapi kognitif mengintervensi kepercayaan yang salah. Pasien dapat diajarkan untuk melakukan relaksasi otot dan bagaimana mengendalikan dorongan untuk melakukan hiperventilasi dengan pernapasan yang teratur.
0 komentar:
Posting Komentar
Informasi yang tersedia di Blog -♫►Don't Say No Fate◄♫-(artikel kesehatan) dikumpulkan dari berbagai sumber dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat, saran, konsultasi ataupun kunjungan kepada dokter anda!
Jika anda mengalami masalah serius, segera hubungi dokter!
Terima Kasih..
PERHATIAN :
Seluruh komentar yang ada merupakan tanggung jawab masing-masing komentator. Saya berhak untuk memberikan atau mempublikasikan identitas pribadi komentator yang bersangkutan apabila komentar tersebut terbukti merugikan pihak-pihak tertentu.
Komentar yang mengandung Sara, Pornografi dan Berbau Iklan akan saya hapus.