Gangguan kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi karakter dan kecenderungan perilaku dari individu. Biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian dan hampir selalu berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial.
Gangguan kepribadian ini cenderung muncul pada akhir masa kanak atau masa remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Karenanya diagnosis gangguan kepribadian tidak cocok apabila diberikan pada usia di bawah 16 atau 17 tahun.
Apabila terdapat gambaran beberapa gangguan tanpa kumpulan gejala yang dominan, maka gangguan ini digolongkan sebagai gangguan kepribadian campuran. Bila gangguan ini tidak dapat diklasifikasikan dan dianggap sekunder terhadap suatu diagnosis utama berupa suatu gangguan afektif atau ansietas yang ada bersamaan, maka digolongkan dalam perubahan kepribadian yang bermasalah.
Dikenal pula suatu kelompok lain, yaitu perubahan kepribadian yang berlangsung lama dan tidak diakibatkan oleh kerusakan atau penyakit otak. Perubahan kepribadian ini harus sudah terjadi paling sedikit selama dua tahun dan tidak berkaitan dengan gangguan kepribadian yang sebelumnya sudah ada atau dengan gangguan jiwa. Perubahan kepribadian dan perilaku ini dapat terjadi setelah mengalami katastrofik atau stres yang sangat berkepanjangan, atau setelah mengalami gangguan jiwa yang berat, pada pasien tanpa gangguan kepribadian sebelumnya.
A. Etiologi
Konsep sekarang tentang kepribadian mencakup baik temperamen maupun karakter, dan menganggap bahwa kepribadian adalah hasil interaksi antara faktor konstitusi, pengalaman masa perkembangan, dan pengalaman selanjutnya dalam masa kehidupan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian:
1. Faktor Genetik
Penelitian pada 15.000 pasang kembar (monozigotik dan dizigotik) di Amerika Serikat membuktikan bahwa terjadinya angka kejadian gangguan kepribadian pada kembar monozigot adalah beberapa kali lipat dibandingkan dengan kembar dizigot. Demikian pula pada penelitian tentang ciri-ciri kepribadian, temperamen, minat dalam pekerjaan dan dalam waktu senggang, serta sikap sosial, banyak sekali persamaan di antara kembar monozigot walaupun mereka secara terpisah sejak lahir diasuh dan dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda.
Penelitian juga menemukan faktor genetik pada anak dari orangtua dengan gangguan kepribadian antisosial yang sejak bayi dibesarkan dalam lingkungan orangtua yang tidak menderita gangguan kepribadian antisosial dan penyalahgunaan alkohol.
Gangguan kepribadian ambang sering berkaitan dengan terdapatnya keluarga yang menderita gangguan mood/afektif, dan pada gangguan kepribadian menghindar ditemukan taraf kecemasan yang tinggi. Ciri kepribadian anankastik lebih sering ditemukan pada sesama kembar dizigotik. Lagipula gangguan kepribadian anankastik sering berkaitan dengan depresi yang terbukti dengan perpendekan fase laten rapid eye movement (REM).
2. Faktor Biologi
Beberapa kondisi disfungsi susunan saraf, misalnya soft neurological sign (kerusakan otak minimal sejak kecil), berkaitan dengan gangguan kepribadian antisosial dan ambang.
3. Faktor Temperamen
Faktor temperamen erat kaitannya dengan faktor genetik dan biologik serta merupakan sesuatu yang bersifat konstitusional sejak lahir. Beberapa contoh, misalnya anak yang bertemperamen penakut, mungkin berkembang menjadi orang dengan gangguan kepribadian menghindar.
4. Interaksi Antara Faktor Temperamen dengan Faktor Lingkungan
Berdasarkan hasil observasi jangka panjang sejak bayi, Stella Chess dan Alexander Thomas mengemukakan teori Goodness of fit yaitu beberapa jenis gangguan kepribadian adalah hasil interaksi dari ketidakcocokan antara temperamen seorang anak dengan cara mendidik anak. Contohnya seorang anak yang bertemperamen cemas akan lebih cenderung berkembang menjadi gangguan kepribadian bila ia diasuh oleh seorang ibu yang bersifat cemas, dibandingkan bila ia diasuh oleh seorang ibu yang bersifat tenang.
5. Faktor Lingkungan dan Budaya
Lingkungan dan budaya yang bersifat keras, tidak toleran, punitif, dan agresif sering menanamkan dasar-dasar paranoid dan antisosial.
6. Faktor Psikodinamik
Yang dimaksud di sini adalah berbagai faktor psikologis (walaupun secara potensial dipengaruhi oleh faktor genetik dan konstitusional) yang mengorganisasi, berkonsolidasi, bersifat kukuh, dan secara maladaptif mengadakan, menyesuaikan, dan menyelesaikan konflik dalam pengalaman hidup.
B. Manifestasi Klinis
Gangguan ini mencakup keadaan yang tidak disebabkan langsung oleh kerusakan atau penyakit otak berat atau gangguan jiwa lain tetapi memenuhi kriteria berikut:
a. Sikap dan perilaku yang amat tidak serasi yang biasanya meliputi beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesadaran, pengendalian impuls, cara memandang dan berpikir, serta gaya berhubungan dengan orang lain
b. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak terbatas pada episode penyakit jiwa
c. Pola perilaku abnormalnya pervasif dan jelas maladaptif terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas
d. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut sampai usia dewasa
e. Gangguan menjurus kepada pasien pribadi yang berarti, tetapi hal ini mungkin hanya menjadi nyata kemudian dalam perjalanan penyakitnya
f. Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berhubungan secara bermakna dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial.
Untuk budaya yang berbeda, penting untuk mengembangkan seperangkat kriteria khas yang berhubungan dengan norma sosial, peraturan dan kewajiban. Untuk mendiagnosis kebanyakan dari subtipe di bawah ini, bukti nyata biasanya dibutuhkan tentang adanya paling sedikit tiga dari ciri atau perilaku di atas.
Gangguan Kepribadian Paranoid
Terdapat ketidakpercayaan dan kecurigaan pervasif terhadap orang lain akan berniat jahat terhadap dirinya, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks. Gangguan ini ditandai oleh kepekaan berlebihan; kecenderungan menyimpan dendam, kecurigaan, dan menyalahartikan tindakan orang lain; mempertahankan dengan gigih hak pribadinya; kecurigaan berulang tentang kesetiaan seksual pasangannya; merasa dirinya penting secara berlebihan; dan dirundung oleh rasa persekongkolan tanpa bukti.
Terdapat ketidakpercayaan dan kecurigaan pervasif terhadap orang lain akan berniat jahat terhadap dirinya, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks. Gangguan ini ditandai oleh kepekaan berlebihan; kecenderungan menyimpan dendam, kecurigaan, dan menyalahartikan tindakan orang lain; mempertahankan dengan gigih hak pribadinya; kecurigaan berulang tentang kesetiaan seksual pasangannya; merasa dirinya penting secara berlebihan; dan dirundung oleh rasa persekongkolan tanpa bukti.
Gangguan Kepribadian Emosional Tidak Stabil
Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensi, bersamaan dengan ketidakstabilan afek. Kemampuan merencanakan sesuatu mungkin minimal dan ledakan kemarahan yang hebat seringkali dapat menjurus pada kekerasan.
Dua varian yang khas beckaitan dengan impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri, yaitu:
1. Tipe Impulsif
Ketidakstabilan emosional dan kekurangan pengendalian impuls atau dorongan hati. Ledakan kekerasan atau perilaku mengancam lazim terjadi, khususnya sebagai tanggapan terhadap kritik orang lain.
2. Tipe Ambang/Gangguan Kepribadian Ambang
Terdapat ketidakstabilan emosional. Gambaran diri pasien, tujuan, dan preferensi internalnya (termasuk seksual) seringkali tidak jelas atau terganggu. Biasanya terdapat perasaan kosong yang kronik. Pergaulan yang erat namun tidak stabil dapat menyebabkan krisis emosional berulang dan mungkin disertai usaha yang berlebihan untuk menghindarkan dirinya ditinggalkan dan serangkaian ancaman bunuh diri atau tindakan pembahayaan diri. Hal ini dapat terjadi tanpa pencetus yang nyata.
Gangguan Kepribadian Antisosial/Dissosial
Terdapat pola perilaku bersifat pervasif berupa sifat pengabaian dan pelanggaran hak orang lain, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks. Biasanya timbul karena perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku.
Gangguan ini ditandai oleh adanya sikap tidak peduli dengan perasaan orang lain, sikap tidak bertanggung jawab terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial, tidak mampu untuk mempertahankan hubungan, mudah frustasi dan agresif, tidak mampu menerima kesalahan dan belajar dari pengalaman, dan sangat cenderung menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi, untuk perilakunya. Mungkin disertai iritabilitas yang menetap, gangguan tingkah laku pada masa kanak dan remaja, meskipun tidak selalu, dapat mendukung diagnosis.
Gangguan Kepribadian Skizoid
Terdapat pola perilaku yang bersifat pervasif berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai kemampuan ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks.
Terdapat pola perilaku yang bersifat pervasif berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai kemampuan ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks.
Gangguan kepribadian ini ditandai oleh aktivitas membahagiakan, emosi dingin, afek datar, kurang mampu menyatakan kehangatan, kelembutan, atau kemarahan terhadap orang lain, ketidakpedulian terhadap pujian atau kecaman, dan kurang tertarik menjalin pengalaman seksual dengan orang lain. Ia hampir selalu memilih aktivitas menyendiri, dirundung oleh fantasi dan introspeksi yang berlebihan, tidak mempunyai teman dekat atau hubungan akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak berkeinginan untuk mempunyai hubungan seperti itu, dan sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial.
Gangguan Kepribadian Anankastik
Terdapat pola perilaku yang bersifat pervasif berupa preokupasi dengan keteraturan, perfeksionisme, kontrol mental, dan hubungan interpersonal, serta peraturan dengan mengesampingkan fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks.
Gangguan ini ditandai dengan perasaan ragu dan hati-hati yang berlebihan, keterpakuan pada rincian, peraturan, daftar, perintah, organisasi atau jadwal, perfeksionisme, ketelitian yang berlebihan, dan kecenderungan yang tidak semestinya untuk menciptakan kesenangan dan hubungan interpersonal, kaku dan keras kepala, pemaksaan secara tidak masuk akal agar orang lain melakukan sesuatu menurut caranya atau keengganan yang tak masuk akal untuk mengizinkan orang lain melakukan sesuatu, dan mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang bersifat memaksa atau yang tidak disukai.
Gangguan Kepribadian Histrionik
Terdapat pola perilaku berupa emosi yang berlebihan dan menarik perhatian yang bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan timbul dalam berbagai konteks.
Gangguan ini ditandai oleh:
1. Ekspresi emosi yang didramatisasikan sendiri, teatrikalis dan dibesar-besarkan
2. Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan
3. Afek datar dan labil
4. Terus-menerus mencari kepuasan, apresiasi orang lain dan aktivitas di mana pasien menjadi pusat perhatian
5. Kegairahan yang tidak pantas dalam penampilan dan perilaku
6. Terlalu mementingkan daya tarik fisik
Gambaran penyerta mungkin mencakup egosentrisitas, pemuasan diri, terus menerus mengharapkan apresiasi, perasaan mudah tersinggung, dan perilaku manipulatif yang menetap untuk mencapai kepentingan pribadi.
Gangguan Kepribadian Dependen
Terdapat pola perilaku berupa kebutuhan yang berlebih agar dirinya dipelihara yang menyebabkan perilaku submisif, bergantung pada orang lain, serta ketakutan akan perpisahan yang bersifat pervasif dan berawal pada usia dewasa muda dalam berbagai konteks.
Gangguan ini ditandai oleh:
a. Membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan tentang dirinya
b. Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah daripada orang lain
c. Keengganan menuntut secara layak kepada orang tempat ia bergantung
d. Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri
e. Terpaku pada ketakutan akan ditinggalkan oleh orang terdekatnya
f. Keterbatasan membuat keputusan sehari-hari
Gambaran penyerta dapat mencakup perasaan tidak berdaya, tidak kompeten, dan kehilangan stamina.
Gangguan Kepribadian Narsisistik
Terdapat pola rasa kebesaran diri, kebutuhan untuk dikagumi, dan kurang mampu empati yang bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks.
Gangguan ini ditandai oleh:
o Perasaan kebesaran atas kepentingan dirinya
o Menanggapi kritik dengan sangat buruk bahkan acuh tak acuh
o Tak mampu menunjukkan empati dan pura-pura simpati untuk kepentingan sendiri
o Memiliki harga diri yang rapuh dan rentan depresi
Gangguan Kepribadian Menghindar
Terdapat pola perasaan tidak nyaman serta keengganan untuk bergaul, rasa rendah diri, dan hipersensitif terhadap evaluasi negatif, yang bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam berbagai konteks.
Gangguan ini ditandai oleh:
a. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif
b. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik, atau lebih rendah daripada orang lain
c. Kekhawatiran yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial
d. Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai
e. Pembatasan gaya hidup karena alasan keamanan fisik
f. Menghindari aktivitas sosial karena takut dikritik, tidak didukung, atau ditolak
Gambaran penyerta mungkin mencakup hipersensitivitas terhadap penolakan dan kritik.
C. Penatalaksanaan
Pada umumnya tidak mudah, karena berawal pada usia dini. Pola perilaku, sikap, hubungan interpersonal dan keterbatasan fungsinya sudah berakar mendalam dan pada umumnya egosintonik. Tidak jarang orang itu justru bangga.
Upaya terapi mula-mula ditujukan agar pasien menyadari bahwa gangguan kepribadian mengakibatkan terjadinya disfungsi bagi dirinya, khususnya dalam hubungan sosialnya.
Ada beberapa macam cara pendekatan. Pendekatan eksposisi analisis karakter berupa interpretasi atau konfrontasi berulang diupayakan untuk mengubah sifat egosintonik menjadi egodistonik. Pendekatan lain dengan menggunakan komunitas terapeutik yang menkonfrontir pasien dengan pola hubungan interpersonalnya yang maladaptif, sehingga pasien mengembangkan pola adaptasi hubungan sosial yang lebih baik.
Terapi dapat dilakukan dengan terapi kognitif dan terapi keluarga.
Akhir-akhir ini penggunaan obat juga mulai digunakan untuk gangguan kepribadian tertentu.
0 komentar:
Posting Komentar
Informasi yang tersedia di Blog -♫►Don't Say No Fate◄♫-(artikel kesehatan) dikumpulkan dari berbagai sumber dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat, saran, konsultasi ataupun kunjungan kepada dokter anda!
Jika anda mengalami masalah serius, segera hubungi dokter!
Terima Kasih..
PERHATIAN :
Seluruh komentar yang ada merupakan tanggung jawab masing-masing komentator. Saya berhak untuk memberikan atau mempublikasikan identitas pribadi komentator yang bersangkutan apabila komentar tersebut terbukti merugikan pihak-pihak tertentu.
Komentar yang mengandung Sara, Pornografi dan Berbau Iklan akan saya hapus.