Pages

 

Rabu, 11 Mei 2011

Abses Retrofaring

0 komentar
Abses retrofaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk di ruang retrofaring. Biasanya pada anak 3 bulan-5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.

A. Etiologi
Kuman penyebab infeksi biasanya merupakan campuran aerob dan anaerob. Sumber infeksi berasal dari infeksi akut saluran napas atas yang secara langsung atau secara limfogen menyebabkan infeksi kelenjar limfe retrofaring, trauma benda asing, atau tuberkulosis servikal.

B. Manifestasi Klinis
Demam, leher kaku, nyeri dan sukar menelan. Posisi kepala hiperekstensi dan miring ke arah yang sehat. Anak kecil akan menangis terus dan tidak mau makan atau minum. Dapat timbul sesak napas, stridor, dan perubahan suara. Pada dinding belakang faring ­tampak benjolan hiperemis yang teraba lunak. Pada anak jangan dipalpasi untuk mencegah abses pecah spontan.

C. Komplikasi
Dehidrasi, penjalaran ke ruang parafaring dan ruang vaskular visera, mediastinitis, obstruksi jalan napas sampai asfiksia, pneumonia aspirasi, dan abses paru.

D. Pemeriksaan Penunjang
Pada foto jaringan lunak leher lateral terdapat penebalan jaringan lunak di depan vertebra servikal atau gambaran udara atau air fluid level pada jaringan lunak retrofaring, serta berkurangnya lordosis vertebra pada foto biasa. Bila ragu, dapat dilakukan dengan barium enema. Dengan tomografi komputer dapat jelas dibedakan abses dengan selulitis, letaknya, dan perluasan ke sekitar.

Diperlukan pula pemeriksaan kultur dan Gram.

E. Diagnosis Banding
Adenoiditis, hematoma, tumor, dan aneurisma aorta.

F. Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa diberikan antibiotik dosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob secara parenteral. Sebelum ada hasil kultur dan resistensi, diberikan antibiotik terhadap kuman anaerob dan aerob, berupa penisilin G 300.000-1.200.000 unit, atau amoksisilin 25-50 mg/kg BB, atau sefalosporin 25-50 mg/kg BB, atau gentamisin 1-2 x 20-80 mg sehari. Kloramfenikol 50 mg/kg BB. Metronidazol diberikan perinfus/oral/rektal 3 x 62,5-500 mg. Pada infeksi  tuberkulosis diberikan tuberkulostatik. Bila perlu diberikan antipiretik dan analgesik.

Dilakukan pungsi dan insisi abses dengan laringoskop langsung pada penonjolan yang paling berfluktuasi dalam posisi pasien Trendelenburg, baik dalam analgesik lokal atau anestesi umum. Pus yang keluar segera diisap untuk menghindari aspirasi. Pasca tindakan dipasang pipa hidung-lambung, dan pasien dirawat inap sampai gejala dan tanda infeksi reda.

Bila terdapat sumbatan jalan napas dapat dilakukan trakeostomi.

0 komentar:

Posting Komentar

Informasi yang tersedia di Blog -♫►Don't Say No Fate◄♫-(artikel kesehatan) dikumpulkan dari berbagai sumber dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat, saran, konsultasi ataupun kunjungan kepada dokter anda!
Jika anda mengalami masalah serius, segera hubungi dokter!
Terima Kasih..

PERHATIAN :
Seluruh komentar yang ada merupakan tanggung jawab masing-masing komentator. Saya berhak untuk memberikan atau mempublikasikan identitas pribadi komentator yang bersangkutan apabila komentar tersebut terbukti merugikan pihak-pihak tertentu.
Komentar yang mengandung Sara, Pornografi dan Berbau Iklan akan saya hapus.