Pages

 

Senin, 16 Mei 2011

Lesi Putih dan Lesi Merah

0 komentar
Lesi putih merupakan suatu istilah yang menunjukkan perubahan mukosa dengan ciri khas adanya papila opak, pucat (putih), tanpa adanya tanda-tanda pembesaran, eritema, atau ulserasi.

Penyebab terjadinya suatu lesi putih adalah penebalan lapisan epitel, adanya material superfisial, adanya pemadatan struktur jaringan ikat di bawah epitel, atau kombinasi ketiganya.

A. Variasi struktur/mukosa mulut yang normal
1. Leukodema
Permukaannya halus, fleksibel, dan putih keabu-abuan. Umumnya terdapat pada mukosa bukal, kadang-kadang pada mukosa labial dan biasanya bilateral. Sedikit berlipat-lipat dan bila mukosa diregangkan warna putih akan hilang. Tidak perlu dilakukan tindakan apapun.

2. Granula fordice 
Terlihat gambaran titik-titik putih dengan luas 1 cm2. Merupakan struktur kelenjar sebasea yang ektopik dan biasanya multifokal. Diameter 2 mm dan warna kekuningan. Dapat terjadi pada semua usia dengan prevalensi 80-90% dan tidak ada predileksi jenis kelamin.

3. Linea alba
Merupakan garis putih dimukosa bukal setinggi garis oklusal dengan kontur mengikuti keadaan gigi-geligi tapi sedikit mengalami keratinisasi.

B. Lesi ulseratif dengan pseudomembran
1. Luka tergigit
Dapat terjadi sewaktu-waktu pada saat pengunyahan atau karena kecelakaan. Biasanya terdapat di mukosa pipi, lidah, dan bibir. Secara klinis terlihat adanya ulkus yang dikelilingi lapisan putih terdiri dari jaringan nekrotik, lunak, bentuknya sama dengan gigi penyebab dan jika baru terjadi biasanya terdapat perdarahan. Penatalaksanaannya adalah penghalusan permukaan gigi yang tajam, pengontrolan agar tidak terjadi infeksi dengan antiseptik, dan pemberian orabase.

2. Habitual cheek biting
Trauma yang terjadi bersifat kronis dan dihubungkan dengan kebiasaan gugup yang tidak disadari, pergerakan lidah, dan rahang yang tidak terkontrol. Umumnya terjadi pada pasien dengan gangguan saraf motorik. Secara klinis lebih sering terlihat pada mukosa pipi; lesi tampak superfisial karena gosokan yang berulang-ulang, isapan, atau gerakan mengunyah berbatas jelas dan terasa kasar bila diraba. Penatalaksanaannya dengan pemberian obat kumur antiseptik dan terapi kelainan neuromuskular.

3. Luka bakar
Lesi putih yang terjadi karena trauma fisik termis dan dapat disebabkan makanan yang panas, asap rokok, instrumen gigi yang panas, dan lain-lain. Lesi putih ini nonkeratotik dan bersifat sementara. Ulkus berwarna abu-abu keputihan dan jika disebabkan makanan yang panas biasanya terletak di bagian tengah palatum durum. Luka bakar ini dapat terjadi karena obat analgesik asam asetilsalisilat yang sering diletakkan pada lipatan mukosa bukal untuk meredakan rasa sakit pulpitis dan periodontitis pada beberapa pasien. Bentuk lesi tidak teratur, putih, di mana pseudomembran dan seluruh mukosa pipi bisa terkena. Jika pseudomembran diangkat akan timbul rasa sakit dan daerah yang terangkat kasar serta berdarah. Penatalaksanaannya adalah dengan menghentikan aplikasi aspirin, mengontrol infeksi dengan antiseptik dan antibiotik, serta irigasi lesi dengan akuades untuk menghilangkan obat yang masuk.

4. Radiation mucocitis
Terjadi karena terapi radiasi pada keganasan daerah leher dan kepala yaag terjadi pada akhir minggu pertama radioterapi. Lesi berwarna merah difus terutama pada mukosa berkeratin tipis, lama-kelamaan terjadi pseudomembran, dan jika epitel terlepas akan terjadi ulkus. Penatalaksanaannya adalah mengontrol terjadinya infeksi sekunder, peningkatan kebersihan mulut, dan pemberian antiseptik dengan bahan dasar klorheksidin glukonat 0,12% dan antibiotik spektrum luas.

C. Lesi putih hiperkeratosis tanpa kecenderungan menjadi ganas
1. Stomatitis nikotina
Merupakan lesi spesifik pada perokok berat yang menggunakan pipa atau cerutu. Terjadi pada palatum dan terbatas pada daerah yang terpapar uap tembakau rokok. Pada tahap awal, mukosa tampak kemerahan tapi kemudian berubah menjadi putih keabu-abuan, menebal, dan berfisur. Penebalan terbatas pada muara kelenjar liur minor palatum yang tampak sebagai umbilicated nodule putih dengan bagian tengah merah dan dapat berubah menjadi coklat karena deposit tar. Lesi ini bersifat reversibel sehingga akan hilang jika kebiasaan merokok dihilangkan.

2. Traumatic keratosis
Suatu daerah yang terbatas pada mukosa mulut, berupa penebalan berwarna keputihan dan jelas berhubungan dengan iritasi lokal berupa gigi yang tajam, kawat gigi tiruan, dan lain-lain yang akan sembuh jika iritasi dihilangkan.

3. White sponge nevus
Merupakan penyakit keturunan autosom dominan yang dapat terjadi di mukosa mulut, genital, dan anal. Dalam mulut dapat terjadi di mukosa bukal, labial, alveolar ridge, dan dasar mulut. Banyak terdapat pada ras kulit putih, tidak ada predileksi jenis kelamin, dan terjadi pada orang dewasa.

D. Lesi putih dan lesi metah hiperkeratosis dengan kecenderungan menjadi ganas
1. Leukoplakia
Merupakan lesi putih keratolitik pada mukosa mulut, yang baik secara klinis maupun histopatologik, tidak dapat dimasukkan pada penyakit lain. Identik dengan eritroplakia dan sering dihubungkan dengan keganasan.

a) Etiologi
o Lokal, misalnya penggunaan tembakau, kandidosis
o Sistemik, misalnya sifilis tersier, defisiensi vitamin B dan asam folat, anemia, xerostomia, radiasi dan obat antikolinergik.

Leukoplakia dapat ditemukan pada berbagai tempat, terutama di mukosa bukal, gingiva, dan batas bibir kulit (vermillion). Lesi di dasar mulut dan lidah lebih jarang namun keganasan lebih tinggi. Semula lebih sering pada pria, namun sekarang perbandingannya lebih kurang sama, mungkin akibat perubahan kebiasaan merokok. Kedua lesi ini sering terjadi pada usia 60-70 tahun.

b) Manifestasi Klinis
1. Leukoplakia homogen. Secara keseluruhan tampak homogen dengan pola garis halus (crustae), berkerut, dan papilomatosa
2. Leukoplakia nonhomogen
o Eritroleukoplakia (eriosit): lesi berwarna putih merah.
o Nodular: permukaan lesi berbenjol-benjol seperti nodul
o Verukosa: pada permukaan lesi terdapat proyeksi-proyeksi tajam dari epitel.

Yang berpotensi menjadi ganas berturut-turut adalah eritroplakia, eritroleukoplakia, nodular leukoplakia, verukosa leukoplakia, dan homogen leukoptakia.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sitologi atau biopsi untuk menentukan ada tidaknya displasia sel. Bila perlu, dilakukan biopsi ulang dalam waktu 6-12 bulan, terutama bila terdapat perubahan ukuran atau karakteristik lesi.

c) Penatalaksanaan
Dapat dengan dua cara yaitu terapi nonbedah dan terapi bedah. Terapi nonbedah dengan pemberian vitamin A 1 x 25.000 IU atau 50.000 IU/hari selama tiga bulan, vitamin E, makanan dengan kadar ß karoten tinggi, penghentian rokok dan pemakaian obat kumur beralkohol, serta pemakaian obat jamur selama 1-2 minggu.

2. Eritroplakia
Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur seperti beludru, dan berdasarkan pemeriksaan klinis serta histopatologi tidak disebabkan inflamasi atau penyakit lain. Sebagian besar lesi ini, terutama yang berada di bawah lidah, dasar mulut, palatum molle, dan pilar faucial anterior memiliki kecenderungan menjadi ganas. Diduga sebagai lesi awal karsinoma sel skuamosa oral. Jarang ditemukan karena tidak mencolok dan asimtomatik, karena itu pemeriksaan mulut harus dilakukan dalam keadaan kering dan dengan teliti. Tidak memiliki predileksi jenis kelamin, meski mungkin berhubungan dengan kebiasaan merokok dan minuman keras.

a) Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur. Diagnosis pasti dengan biopsi.

b) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sama dengan leukoplakia. Biopsi harus dilakukan namun observasi selama 1-2 minggu sambil menghilangkan iritan yang dicurigai dapat diterima.

c) Diagnosis Banding
Kandidosis, stomatistis dentata, tuberkulosis, histoplasmosis, iritasi mekanis.

3. Liken Planus
Suatu penyakit yang mengenai kulit dan mukosa, bersifat kronik, dan mudah terjadi eksaserbasi. Etiologinya belum jelas tetapi diduga karena stres, pemakaian obat, dan defisiensi vitamin B kompleks jangka panjang.

Mirip dengan leukoplakia, namun liken planus lebih difus, distribusinya menyeluruh, terdapat minimal satu lesi seperti renda. Kelenturan kulit tidak berubah.

a) Manifestasi Klinis
o Kulit
Khas adanya papul dengan permukaan dan berbentuk poligonal, berwarna keungu-unguan, mengkilat, gatal, diameter 1 cm dan distribusinya terutama pada ekstremitas.
o Mukosa mulut
Distribusi lesi pada nukosa bukal, bibir, lidah, dan gingiva. Lesi biasanya bilateral tetapi tidak simetris. Bentuk lesinya bervariasi yaitu retikular, papular, lesi seperti plak, atopik, bula dan erosif.

Merupakan suatu kondisi prakanker karena pada pemeriksaan histopatologis terlihat adanya hiperkeratosis, parakeratosis, ortokeratosis, penebalan lapisan granulosum, rete pegs, dan degenerasi likuifaksi sel basal.

Penatalaksanaannya adalah menghilangkan faktor predisposisi, pemberian kortikosteroid, vitamin A dosis tinggi, dan obat-obat imunomodulator. Bila setelah pengobatan lesi tidak hilang maka harus dilakukan biopsi.

4. Reaksi Likenoid
Merupakan lesi yang identik dengan lesi liken planus tetapi disebabkan oleh pemakaian obat-obatan. Bila pemakaian obat dihentikan, maka lesi akan hilang. Obat-obatan yang dapat menginduksi adalah obat antihipertensi, antibiotik, antiparasit, antiartritis, obat antihiperglikemia, dan lain-lain. Anamnesis harus lengkap sehingga diketahui riwayat pemakaian obat pada pasien. Penatalaksanaannya adalah mengganti jenis obat.

5. Kandidosis
Kandidosis adalah lesi akibat infeksi Candida albicans dengan gambaran papul putih menyebar dan plak yang bila dirobek akan berdarah.

a) Faktor Predisposisi
Pemakaian obat seperti antibiotik spektrum luas, antibiotik multipel, kortikosteroid, sitotoksik, imunosupresif, antikolinergik; kelainan endokrin seperti diabetes melitus, hipotiroid, hipoparatiroid, hipoadrenalin, poliendokrinopati; kelainan hematologi seperti anemia aplastik, agranulositosis, limfoma, leukemia; defisiensi imun seperti HIV, hipoplasia timus; kelainan leukosit seperti leukopenia, agranulositosis, neutropenia; keganasan seperti leukemia, timoma, dan kanker lanjut; defisiensi nutrisi seperti defisiensi vitamin, malnutrisi, malabsorpsi; dan keadaan lain seperti kehamilan, usia lanjut, radioterapi.

b) Manifestasi Klinis
Papul putih menyebar dan plak yang bila dirobek akan berdarah.

c) Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya penyakit yang menjadi faktor predisposisi, contohnya:
o Urinalisa untuk mencari diabetes melitus
o Hematologi: pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis leukosit
o Serologi: HIV

d) Diagnosis Banding
Plak susu, debris makanan.

e) Penatalaksanaan
o Cari faktor predisposisi dan diterapi.
o Beri terapi oral atau sistemik dengan obat golongan azol, mikostatin oral 1-2 mg.

0 komentar:

Posting Komentar

Informasi yang tersedia di Blog -♫►Don't Say No Fate◄♫-(artikel kesehatan) dikumpulkan dari berbagai sumber dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat, saran, konsultasi ataupun kunjungan kepada dokter anda!
Jika anda mengalami masalah serius, segera hubungi dokter!
Terima Kasih..

PERHATIAN :
Seluruh komentar yang ada merupakan tanggung jawab masing-masing komentator. Saya berhak untuk memberikan atau mempublikasikan identitas pribadi komentator yang bersangkutan apabila komentar tersebut terbukti merugikan pihak-pihak tertentu.
Komentar yang mengandung Sara, Pornografi dan Berbau Iklan akan saya hapus.